Hudri Awalnya Malas Main Di 12 Menit: Kemenangan Untuk Selamanya
Hudri pemain perkusi pada Marching Band MARCHING BAND BONTANG PUPUK KALTIM.
Hudri, anak asli Bontang ini malas main di 12 Menit: Kemenangan Untuk Selamanya lantaran merasa dunia akting bukan dunianya.
Hudri dalam film ini bernama Lahang merupakan salah satu anak Bontang asli yang digaet untuk bermain dalam film 12 Menit: Kemenangan Untuk Selamanya. Namun awalnya, cowok yang sudah menekuni marching band sejak tahun 2001 ini nggak mau bergabung dalam film garapan sutradara Hanny R. Saputra tersebut. Hudri terpilih dari antara sembilan pelatih yang turut diaudisi untuk berperan di film ini.
“Saya tadinya nggak mau. Pas audisi aja malas-malasan. Karena itu bukan bidang saya. Tapi sutradara mungkin melihat kalau saya punya karakter. Akirnya saya ikut,” ujarnya ditemui di Exodus, Kuningan, Jakarta.
Pengalaman pertama terlibat dalam sebuah film dan memainkan karkter Lahang diakuinya sangat susah, meskipun sebagian besar karakter tersebut mirip dengan kesehariannya.
“Iya susah. Makanya, ini baru main film pertama terus dapat peran begitu. Tapi sedikit banyak ya saya sebenernya seperti itu. Rumah saya disana ya begitu,” urainya.
Film ini sangat berarti bagi Hurdi sama dengan marching band yang berarti bagi hidupnya. “12 menit artinya itu hasil kerja keras. Hasil keringat, dimarahi ortu, guru, teman-teman.
Latihan 12 bulan untuk berkompetisi 12 menit. Tapi sebetulnya bukan itu tujuannya. 12 menit kenangannya tersimpan selamanya. Karena belum tentu juga kita bisa ikut tahun depannya.
12 menit itu sangat penting buat kita yang main. Bagi hidup kita," tandasnya.
Hudri, anak asli Bontang ini malas main di 12 Menit: Kemenangan Untuk Selamanya lantaran merasa dunia akting bukan dunianya.
Hudri dalam film ini bernama Lahang merupakan salah satu anak Bontang asli yang digaet untuk bermain dalam film 12 Menit: Kemenangan Untuk Selamanya. Namun awalnya, cowok yang sudah menekuni marching band sejak tahun 2001 ini nggak mau bergabung dalam film garapan sutradara Hanny R. Saputra tersebut. Hudri terpilih dari antara sembilan pelatih yang turut diaudisi untuk berperan di film ini.
“Saya tadinya nggak mau. Pas audisi aja malas-malasan. Karena itu bukan bidang saya. Tapi sutradara mungkin melihat kalau saya punya karakter. Akirnya saya ikut,” ujarnya ditemui di Exodus, Kuningan, Jakarta.
Pengalaman pertama terlibat dalam sebuah film dan memainkan karkter Lahang diakuinya sangat susah, meskipun sebagian besar karakter tersebut mirip dengan kesehariannya.
“Iya susah. Makanya, ini baru main film pertama terus dapat peran begitu. Tapi sedikit banyak ya saya sebenernya seperti itu. Rumah saya disana ya begitu,” urainya.
Film ini sangat berarti bagi Hurdi sama dengan marching band yang berarti bagi hidupnya. “12 menit artinya itu hasil kerja keras. Hasil keringat, dimarahi ortu, guru, teman-teman.
Latihan 12 bulan untuk berkompetisi 12 menit. Tapi sebetulnya bukan itu tujuannya. 12 menit kenangannya tersimpan selamanya. Karena belum tentu juga kita bisa ikut tahun depannya.
12 menit itu sangat penting buat kita yang main. Bagi hidup kita," tandasnya.
0 komentar:
Posting Komentar