Titi Rajo Bintang dalam 12 Menit: Kemenangan Untuk Selamanya
"Eh, ternyata Mbak Titi ramah ya. Ga judes seperti di film."
"Lha, katanya asli Jepang. Ternyata Pak Nobuyuki jago bahasa Sunda."
"Ih, Amanda imut banget..." Itulah beberapa tanggapan film 12 Menit: Kemenangan Untuk Selamanya (12 Menit) Sebuah film yang bercerita tentang perjuangan sebuah Grup Marching Band Bontang Pupuk Kaltim (MBBPKT) untuk memenangkan Kejuaraan Grand Prix Marching Band (GPMB) yang diadakan di Istora Senayan, Jakarta.
Film yang diangkat berdasarkan novel berjudul sama karya Oka Aurora ini dibintangi salah satu aktris yang sudah tak asing lagi: Titi Rajo Bintang. Ya, perempuan yang dalam 12 Menit berperan sebagai Rene, pelatih Marching Band dari Jakarta ini seolah menjadi magnet tersendiri. tentu mengetahui karakter cuek dan tegas dari perempuan berusia 32 tahun ini. Itu terbukti, karena dalam 12 Menit, Titi menjadi sosok sentral. tampil begitu menggugah: Dari awal hingga selesai, mampu mengaduk emosi penonton.
12 Menit sendiri sebenarnya berkisah tentang tiga pameran utama yang masih remaja. Arum Sekarwangi sebagai Tara, Amanda Sutanto (Elaine Higoshi), dan Hudri (Lahang). Mereka yang awalnya tidak saling kenal dan berasal dari daerah berbeda (Melayu, Jawa, dan Dayak) bersatu dalam sebuah Grup Marching Band bernama MBBPKT.
Film yang juga dibintangi aktor dan aktris senior seperti Didi Petet (Kakek Tara), Niniek L. Karim (Nenek Tara), Olga Lydia (Ibu Elaine), Nobuyuki Suzuki (Ayah Elaine), Egy Fedly (Ayah Lahang), dan Verdi Solaiman (manajer MBBPKT), mampu menunjukkan bahwa dalam hidup harus bisa mengambil keputusan. Misalnya, ketika Elaine harus dihadapi dua pilihan. Antara mengikuti Olimpiade Fisika seperti yang diminta sang Ayah atau ke Jakarta bersama anggota MBBPKT demi mewujudkan ambisi juara. Sebab, untuk bisa mengikuti kejuaraan GPMB, setiap anggota harus rela meluangkan waktu selama lebih dari 12 bulan hanya demi pertunjukkan yang memakan waktu tidak lebih dari 12 menit!
Penonton seperti diajarkan bagaimana harus membuat keputusan. Seperti yang diceritakan Rene kepada Elaine, bahwa, juara atau tidak kelompok mereka, itu urusan belakangan. Yang terpenting, anggota MBBPKT harus berusaha dulu. Proses. Hal serupa dialami Tara yang mengalami trauma akibat kecelakaan masa kecil hingga pendengarannya menjadi terganggu. Meski begitu, berkat dorongan Kakek dan Neneknya membuat Tara berhasil mengatasi trauma itu dan turut mempersembahkan kemenangan untuk MBBPKT melalui penampilannya.
Yang paling pelik mungkin terjadi pada Lahang. Pasalnya, beberapa jam sebelum tampil di kejuaraan, harus mendapat kabar buruk: Meninggalnya sang Ayah. Tapi, kematian satu-satunya orang selalu mendukungnya itu justru membuat Lahang termotivasi untuk meraih juara.
Sebenarnya, masih banyak lagi kisah inspiratif yang dapat dipetik dari film yang sedari awal membawakan beberapa lagu Dewa. Mulai dari Laskar Cinta, Arjuna, Pupus, hingga yang legendaris: Roman Picisan. Termasuk ketika Rene yang memiliki sifat egois harus mengalah dan meminta maaf kepada Tara yang justru muridnya. Juga tentang luluhnya perasaan sang Ayah yang menginginkan Elaine jadi ilmuwan, justru berbalik menjadi motivator sebagai anggota Marching Band.
(Sumber:magnet-titi-rajo-bintang-dalam-12-menit-kemenangan-untuk-selamanya)
"Lha, katanya asli Jepang. Ternyata Pak Nobuyuki jago bahasa Sunda."
"Ih, Amanda imut banget..." Itulah beberapa tanggapan film 12 Menit: Kemenangan Untuk Selamanya (12 Menit) Sebuah film yang bercerita tentang perjuangan sebuah Grup Marching Band Bontang Pupuk Kaltim (MBBPKT) untuk memenangkan Kejuaraan Grand Prix Marching Band (GPMB) yang diadakan di Istora Senayan, Jakarta.
Film yang diangkat berdasarkan novel berjudul sama karya Oka Aurora ini dibintangi salah satu aktris yang sudah tak asing lagi: Titi Rajo Bintang. Ya, perempuan yang dalam 12 Menit berperan sebagai Rene, pelatih Marching Band dari Jakarta ini seolah menjadi magnet tersendiri. tentu mengetahui karakter cuek dan tegas dari perempuan berusia 32 tahun ini. Itu terbukti, karena dalam 12 Menit, Titi menjadi sosok sentral. tampil begitu menggugah: Dari awal hingga selesai, mampu mengaduk emosi penonton.
12 Menit sendiri sebenarnya berkisah tentang tiga pameran utama yang masih remaja. Arum Sekarwangi sebagai Tara, Amanda Sutanto (Elaine Higoshi), dan Hudri (Lahang). Mereka yang awalnya tidak saling kenal dan berasal dari daerah berbeda (Melayu, Jawa, dan Dayak) bersatu dalam sebuah Grup Marching Band bernama MBBPKT.
Verdi Solaiman sebagai manajer MBBPKT
Film yang juga dibintangi aktor dan aktris senior seperti Didi Petet (Kakek Tara), Niniek L. Karim (Nenek Tara), Olga Lydia (Ibu Elaine), Nobuyuki Suzuki (Ayah Elaine), Egy Fedly (Ayah Lahang), dan Verdi Solaiman (manajer MBBPKT), mampu menunjukkan bahwa dalam hidup harus bisa mengambil keputusan. Misalnya, ketika Elaine harus dihadapi dua pilihan. Antara mengikuti Olimpiade Fisika seperti yang diminta sang Ayah atau ke Jakarta bersama anggota MBBPKT demi mewujudkan ambisi juara. Sebab, untuk bisa mengikuti kejuaraan GPMB, setiap anggota harus rela meluangkan waktu selama lebih dari 12 bulan hanya demi pertunjukkan yang memakan waktu tidak lebih dari 12 menit!
Penonton seperti diajarkan bagaimana harus membuat keputusan. Seperti yang diceritakan Rene kepada Elaine, bahwa, juara atau tidak kelompok mereka, itu urusan belakangan. Yang terpenting, anggota MBBPKT harus berusaha dulu. Proses. Hal serupa dialami Tara yang mengalami trauma akibat kecelakaan masa kecil hingga pendengarannya menjadi terganggu. Meski begitu, berkat dorongan Kakek dan Neneknya membuat Tara berhasil mengatasi trauma itu dan turut mempersembahkan kemenangan untuk MBBPKT melalui penampilannya.
Yang paling pelik mungkin terjadi pada Lahang. Pasalnya, beberapa jam sebelum tampil di kejuaraan, harus mendapat kabar buruk: Meninggalnya sang Ayah. Tapi, kematian satu-satunya orang selalu mendukungnya itu justru membuat Lahang termotivasi untuk meraih juara.
Sebenarnya, masih banyak lagi kisah inspiratif yang dapat dipetik dari film yang sedari awal membawakan beberapa lagu Dewa. Mulai dari Laskar Cinta, Arjuna, Pupus, hingga yang legendaris: Roman Picisan. Termasuk ketika Rene yang memiliki sifat egois harus mengalah dan meminta maaf kepada Tara yang justru muridnya. Juga tentang luluhnya perasaan sang Ayah yang menginginkan Elaine jadi ilmuwan, justru berbalik menjadi motivator sebagai anggota Marching Band.
(Sumber:magnet-titi-rajo-bintang-dalam-12-menit-kemenangan-untuk-selamanya)
0 komentar:
Posting Komentar